Jumat, 20 Januari 2012


Tips Mempercepat Koneksi Modem IM2 Prolink PHS 100 - Berbira mengenai Tips Mempercepat Koneksi Modem IM2 Prolink PHS 100 banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan koneksi internet, terutama yang pakai broadband wireless seperti IM2 ini, diantaranya yaitu geolokasi tempat sobat berada jauh apa dekat dengan BTS, terjangkau apa tidak dengan jaringan 3G/HSDPA nya [kalo pas saya dirumah desa sono gak bakalan dapat 3G dah, lha EDGE aja ngimpi... paling-paling GPRS itu aja beneran susaaahhhh koneknya ] dan kondisi jaringan yang overload juga berpengaruh besar pada kecepatan modem. Juga tipe modem yang dipakai, dipasaran banyak modem dengan beraneka tipe dan spesifikasi tentunya dengan harga yang berbeda. Ingat belum tentu yang harganya lebih mahal dikit itu musti lebih baik lho, kecepatan belum tentu bisa wuzzz beneran, kembali lagi kecepatan tergantung juga pada geolokasi dan jaringan kan.

TIPS SAYA

Nah, saya ada sedikit tips untuk mempercepat koneksi internet khususnya buat pengguna IM2 dengan modem ProLink PHS 100. Pengalaman saya awal pakai modem ini bener-bener b*llsh*t dah… hampir satu minggu saya browsing dibawah naungan jaringan 2G/EDGE kadang dapat 3G itupun harus rela bangun sepertiga malam akhir [Alhamdulillah lumayan juga itung2 bisa skalian bermunajat ]. Sampai saya buat postingannya berjudul Internetan cepat pakai modem ProLink PHS 100 dan IM2.


Tips Pertama, coba sobat lakukan setingan manual di options pc manager modemnya, caranya:

Jalankan aplikasi Prolink 3G Modem PC Manager, biasanya otomatis langsung jalan saat modem dicolokan ke port USB kompie.
Sebelum anda connect, masuklah ke menu Options -> Network. Dibawah tab Network ada dua opsi Frequency Band dan Networks Selection. Kemudian set Frequency Band ke 3G 2100 hal ini supaya modem selalu menggunakan jaringan 3G/WCDMA/HSDPA karena kalo yang auto biasanya gak langsung detek jaringan ini.
Lihat di signal bar, berada di pojok kiri bawah, pastikan sudah muncul sinyal untuk 3G/WCDMA atau 3G/HSDPA.
Silahkan Connect modem. Sebaiknya anda coba restart dulu modemnya kalo perlu sekalian kompienya biar fresh.
Seharusnya sekarang udah lebih cepetan, kecuali jaringan lagi benar-benar sibuk, overload atau pulsa anda habis . Tips ini berdasarkan saran seorang komentator pada artikel Internetan pakai Modem ProLink PHS 100 dan IM2. Liat skrinsyutnya berikut! Makasih b0z sarannya.


Untuk tips yang kedua gunakan Kabel USB extender. Disini anda harus hati-hati dalam memilih kabel USB yang akan digunakan, penggunaan kabel usb extender yang panjang perlu perhitungan serius karena semakin panjang kabel semakin besar hambatanya, tentu hal ini akan mengurangi suplai arus listrik ke modem. Jika sobat pengen mecoba memakai kabel usb extender yang panjang (ps: modem dijadikan antena) sebaiknya pakai catu daya external, biasanya untuk USB butuh voltase sebesar 5 V DC.

Tips yang ketiga dengan Memasang antena wajanbolic tipe e-goen (ala buatan pak Gunawan) atau antena Bazoka ala buatan Pak Onno (Onno W Purbo). Untuk lebih jelasnya tentang kedua antena ini saya benar-benar masih belum mudeng. Sobat bisa cari tau lewat paman Google dengan keyword “Cara Membuat Antena Wajanbolic” atau “Cara Membuat antena Bazoka” .

Tips Keempat, jika sobat ada waktu luang plus lagi anda seorang yg pede abis, silahkan coba tips saya yang satu ini! Beli minuman botol yang dingin skalian cemilan yang banyak dan jangan lupa bawa tikar kalo perlu bantal guling sekalian…[Lho buat apa dan apa hubunganya sama modem? :O] Gak ada tapi itu buat bekal sob… . Trus cari tower BTS terdekat dari tempat anda, pilih BTS yang udah support 3G/HSDPA. Nah sesekali coba deh sob ngenetnya disini, dijamin lho bakalan wuzzz beneran, [saya sendiri udah membuktikan koq, sinyal full bar 3G/HSDPA beneran Rasakan sensasinya... wkwk demikian Tips Mempercepat Koneksi Modem IM2 Prolink PHS 100
Referensi :
masedi.net/tips-mempercepat-koneksi-modem-im2-prolink-phs-100_197.html
m-wali.blogspot.com/2012/01/tips-mempercepat-koneksi-modem-im2.html

Rabu, 18 Januari 2012

kitab suci yesaya


1
Kitab Suci YESAYA
Di Qumran, Laut Mati
Jerusalem
Kelahiran Yesus Kristus didalam Kitab Suci Yesaya
Juma mulai agak tegang. Beberapa ekor kambingnya memanjat tebing
terlalu tinggi. Ia memutuskan untuk memanjat tebing itu sendiri dan
membawa kambing‐kambingnya kembali. Ketika mulai memanjat tebing itu
pada bulan Januari 1947, Juma tidak menyadari bahwa ia pada akhirnya
akan terlibat dalam suatu "penemuan arkeologi terbesar di abad
keduapuluh."
Pikiran semacam itu sama sekali
tidak terlintas sewaktu ia melihat
dua celah kecil milik salah satu dari
ribuan gua yang memenuhi tebing
tandus yang mengarah ke tepian
pantai sebelah barat laut dari Laut
Mati. Ia melemparkan sebuah batu
ke salah satu celah tersebut. Bunyi
pecahan tak terduga telah mengejutkannya; ada apa di gua terpencil itu
selain kemungkinan harta karun? Ia memanggil sepupu‐sepupunya, Khalil
dan Muhammed, yang kemudian memanjat tebing tersebut dan
mendengarkan kisah yang memikat tersebut. Namun saat itu sudah terlalu
sore dan kambing‐kambing harus segera dikumpulkan.
Besok mereka akan kembali lagi barangkali saja masa‐masa mereka harus
menggembalakan kambing akan berakhir segera setelah harta karun
tersebut ditemukan!
Muhammed, yang termuda dari ketiganya, esok paginya bangun terlebih
dahulu dari kedua rekannya sesama 'pencari harta karun' dan bergegas
menuju ke gua. Lantai gua ditutupi serpihan, termasuk dari guci yang
pecah. Di sepanjang dinding terdapat sejumlah guci bermulut sempit,
sebagian dengan penutup berbentuk mangkok. Dengan cepat Muhammed
mulai menjelajahi isi setiap guci tetapi tidak ditemukan emas… hanya ada
beberapa bundelan terbungkus kain kehijauan akibat terlalu tua. Setelah
Kitab Suci Yesaya
2
kembali kepada saudara‐saudaranya, ia menceritakan kabar buruk itu ‐
tidak ada harta karun.
Memang tidak ada harta karun! Gulungan‐gulungan yang diambil anak‐anak
Bedouin dari gua gelap pada hari itu dan hari‐hari selanjutnya akan dikenal
sebagai harta karun manuskrip/naskah kitab Suci Yesaya terbesar yang
pernah ditemukan ‐ tujuh naskah pertama dari Gulungan Laut Mati.
Demikianlah penemuan kelompok naskah yang berumur 1000 tahun lebih
tua dari teks Alkitab Ibrani yang dikenal sebelum penemuan itu (banyak
diantara naskah tersebut berasal dari masa 100 tahun sebelum kelahiran
Yesus). Penemuan naskah‐naskah ini segera menggemparkan dunia
arkeologi dan keagamaan yang menyiapkan satu tim penerjemah dengan
tugas raksasa yang bahkan hingga hari
ini belum terselesaikan.
Kisah bagaimana gulungan‐gulungan
tersebut beredar dari tangan para
gembala Bedouin muda tersebut
sampai menjadi objek penelitian yang
saksama dari para ahli internasional
sendiri merupakan kisah yang lebih
mencengangkan dibandingkan cerita
fiksi. Meskipun tidak semua detail dari tahun‐tahun pertama setelah
penemuan tersebut akan pernah benar‐benar terungkap, garis besar
ceritanya cukup jelas. Setelah disimpan di sebuah kemah Bedouin beberapa
waktu, ketujuh gulungan asli tersebut dijual kepada dua toko antik Arab di
Bethlehem. Dari sana, empat gulungan dijual (dengan harga murah) kepada
Athanasius Samuel, Syrian Orthodox Metropolitan di St. Mark's Monastery
di Kota Tua Jerusalem. Para ahli dari American School of Oriental Research,
yang menelaahnya, adalah yang pertama‐tama menyadari kekunoannya.
John Trever mengambil foto naskah tersebut secara detil dan ahli arkeologi
terkemuka William F. Albright segera mengumumkan bahwa naskahnaskah
tersebut berasal dari periode antara 200sM sampai 200M.
Pengumuman pertama dimunculkan bahwa naskah tertua yang pernah
ditemukan telah ditemukan di padang gurun Yudea.
Tiga gulungan asli lainnya yang ditemukan oleh anak‐anak Bedouin dijual
kepada E.L. Sukenik, ahli arkeologi di Hebrew University dan ayah Yigal
Yadin (seorang jenderal tentara Israel yang kemudian menjadi seorang ahli
3
arkeologi terkemuka dan penggali situs Masada serta Hazor). Perlu dicatat
bahwa drama peristiwa ini sangat menarik karena periode tersebut adalah
saat‐saat terakhir periode Mandat Inggris di Palestina dan ketegangan
antara penduduk Arab dan Palestina sangat besar.
Ini juga yang menyebabkan pengkajian naskah‐naskah oleh para ahli
sangatlah berbahaya.
Semua gulungan akhirnya terkumpul di Hebrew University dengan cara
yang aneh pula. Setelah berkeliling Amerika dengan keempat gulungannya
dan tidak menemukan seorang pun pembeli yang tertarik, Metropolitan
Samuel memasang iklan di Wall Street Journal (sebuah koran bisnis
terkemuka di Amerika, pen.). Secara kebetulan (atau campur tangan ilahi)
Yigal Yadin sedang mengajar di New York dan melihat iklan tersebut.
Melalui para makelar, ia berhasil membeli gulungan yang tak ternilai
tersebut dengan harga US$250,000. Bulan Februari 1955, Perdana Menteri
Israel mengumumkan bahwa Negara Israel telah membeli gulungan-gulungan
tersebut dan ketujuh gulungan (termasuk tiga yang dibeli terlebih dahulu oleh
Profesor Sukenik) akan diletakkan di sebuah museum khusus di Hebrew
University dan diberi nama Shrine of
the Book (Kilauan Buku), dimana
semuanya masih dapat dilihat sampai
hari ini.
Tidak diragukan lagi, pengumuman
awal mengenai gulungan‐gulungan ini
segera mendorong banyak penelitian
di daerah penemuan semula. Ekspedisi
arkeologi resmi dimulai tahun 1949
yang akhirnya berhasil menemukan sepuluh gua lagi di daerah sekitarnya
yang juga mengandung gulungan‐gulungan naskah. Para arkeolog
kemudian mengarahkan perhatian mereka pada sebuah reruntuhan kecil
yang disebut "Khirbet (reruntuhan) Qumran, yang sebelumnya diduga
merupakan sisa sebuah benteng kuno dari zaman Romawi. Setelah enam
periode penggalian secara intensif, para ahli sangat yakin bahwa gulungangulungan
tersebut berasal dari komunitas yang muncul antara tahun 125sM
sampai 68M. Gulungan‐gulungan tersebut disimpan dengan tergesa‐gesa di
dalam gua sewaktu komunitas di daerah tersebut melarikan diri dari
serbuan tentara Romawi yang sedang berada di Yudea untuk menumpas
Pemberontakan Yahudi tahun 66‐70 M.
4
Reruntuhan Qumran, yang dapat dikunjungi hari ini, menyingkapkan
sejumlah besar asketis Yahudi yang mendiami komunitas tersebut. Ruang
penyimpanan, saluran air, pemandian ritual dan ruang pertemuan telah
berhasil digali. Salah satu ruangan paling menarik yang telah digali adalah
sebuah ruang kitab, dicirikan oleh dua wadah tinta yang ditemukan beserta
sejumlah tempat duduk untuk para penyalin kitab. Di ruangan inilah disalin
sebagian besar, kalau tidak semua, naskah yang ditemukan
Penjelasan Gulungan-gulungan Kitab
Segera setelah diumumkannya penemuan gulungan‐gulungan kitab, debat
ilmiah tentang asal usul dan pentingnya penemuan tersebut bergulir. Debat
memanas ketika isi gulungan yang menakjubkan tersebut disebarluaskan
secara bertahap.
Ketujuh gulungan asli, yang berasal dari "Gua Pertama", terdiri dari naskahnaskah
berikut: (1) Salinan utuh dan terawat dari seluruh nubuat Yesaya ‐
salinan kitab Perjanjian Lama tertua yang pernah ditemukan; (2) Sebagian
gulungan yang berisi kitab Yesaya; (3) Tafsiran dua pasal pertama kitab
Habakuk ‐ peanfsir menjelaskan kitab tersebut secara alegoris menurut
istilah yang dipakai oleh persekutuan Qumran; (4) "Manual Disiplin" atau
"Aturan Komunitas"‐ sumber informasi paling penting tentang sekte
keagamaan di Qumran ‐ menjelaskan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
mereka yang ingin bergabung dalam persekutuan tersebut; (5) "Himne
Ucapan Syukur, suatu kumpulan 'mazmur' devosional bagi pengucapan
syukur dan pujian kepada Tuhan; (6) sebuah parafrase kitab Kejadian
berbahasa Aram; dan (7) "Aturan Perang" yang berisi kisah peperangan
antara "Anak‐anak Terang" (yaitu orang-orang Qumran) dengan "Anakanak
Kegelapan" (orang-orang Romawi?) yang akan terjadi pada "zaman
akhir", yang diyakini oleh orang‐orang Qumran akan segera tiba.
Ketujuh gulungan pertama tersebut baru merupakan suatu awal. Lebih dari
600 gulungan dan ribuan fragmen (bagian dari kitab/gulungan,
penerjemah) telah ditemukan di dalam kesebelas gua di daerah Qumran.
Fragmen dari setiap kitab di Alkitab kecuali kitab Ester telah ditemukan,
selain teks‐teks non‐Alkitab lainnya.
Salah satu penemuan paling menarik adalah sebuah gulungan tembaga
yang harus dipotong sebelum dapat dibuka dan mengandung daftar 60
harta karun yang terletak di berbagai lokasi di Yudea (namun satupun
belum pernah ada yang ditemukan)! Gulungan lainnya, yang ditemukan
5
oleh para arkeolog Israel pada tahun 1967 di bawah lantai sebuah penjual
barang antik di Betlehem, menjelaskan secara detil pandangan komunitas
tersebut tentang tata ibadah Bait Suci yang rumit. Gulungan ini diberi nama
"Gulungan Bait Suci."
Isi gulungan‐gulungan Laut Mati memberi indikasi bahwa para penulisnya
adalah sekelompok imam dan orang awam yang mengejar kehidupan
komunal dengan dedikasi penuh kepada Allah. Pemimpin mereka disebut
"Guru Kebenaran". Mereka memandang diri mereka sebagai satu‐satunya
Israel yang benar ‐ hanya mereka yang setia kepada Hukum Allah.
Mereka menentang "Imam Jahat" ‐ Imam Besar Yahudi di Yerusalem yang
merepresentasikan kemapanan dan dengan berbagai cara telah
menganiaya mereka. Imam jahat ini mungkin adalah salah satu pemimpin
Makabe yang secara tidak sah telah mengangkat diri sebagai imam besar
antara tahun 150‐140sM. Sebagian besar ahli mengidentifikasikan
persekutuan Qumran dengan orang‐orang Esseni, suatu sekte Yahudi pada
zaman Yesus sebagaimana digambarkan oleh Josephus dan Philo.
Seperti apapun orang‐orang Qumran, tulisan mereka memberikan kita
gambaran latar belakang yang mengagumkan tentang salah satu aspek
dunia religius yang didatangi Yesus. Sebagian ahli mencoba menarik
kesejajaran antara tokoh‐tokoh di dalam gulungan tersebut dengan
Yohanes Pembaptis atau Yesus, namun penelitian objektif terhadap
kesejajaran semacam itu menunjukkan bahwa perbedaannya jauh lebih
besar daripada kemiripannya. Setiap hubungan antara Yesus dengan
Qumran bersifat spekulatif dan sangat tidak mungkin. Pandangan bahwa
Yohanes Pembaptis mungkin menghabiskan sebagian waktunya dengan
komunitas Qumran mungkin saja karena kitab‐kitab Injil menceritakan
bahwa ia menghabiskan banyak waktu di padang gurun dekat dengan
daerah dimana komunitas Qumran berada (Matius 3:1-3; Markus 1:4, Lukas
1:80; 3:2-3). Namun demikian, berita yang dibawa Yohanes sangat berbeda
6
dengan konsep yang dikembangkan oleh persekutuan Qumran. Satusatunya
titik kesamaan adalah keduanya mengajarkan bahwa "Kerajaan
Allah" sedang datang.
Salah satu sumbangan penting Gulungan‐gulungan Laut Mati adalah
banyaknya naskah Alkitab yang ditemukan. Sebelum penemuan Qumran,
naskah Perjanjian Lama yang tertua disalin pada abad ke‐9 dan 10 Masehi
oleh sekelompok penyalin Yahudi yang disebut kaum Masoret. Sekarang
kita memiliki naskah‐naskah yang berumur 1000 tahun lebih tua dari
sebelumnya. Kenyataan yang mengagumkan adalah bahwa naskah‐naskah
ini hampir identik! Inilah contoh nyata akan perhatian sungguh‐sungguh
yang diberikan oleh para penyalin Yahudi selama berabad‐abad dalam
usahanya menyalin Alkitab secara akurat. Kita dapat yakin bahwa
Perjanjian Lama benar‐benar menggambarkan kata‐kata yang diberikan
kepada Musa, Daud dan para nabi.
Doktrin Gulungan LAUT MATI
Orang‐orang Qumran sungguh‐sungguh percaya kepada doktrin "zaman
akhir". Mereka lari ke padang gurun dan menyiapkan diri untuk
menghadapi penghakiman yang segera akan tiba ketika musuh‐musuh
mereka dihancurkan, dan mereka, umat pilihan Allah, akan diberikan
kemenangan terakhir sesuai dengan ramalan para nabi. Hubungan dengan
kejadian akhir zaman inilah yang memunculkan salah satu pengajaran
paling menarik dari sekte ini. Pengharapan mesianis menyebar dalam
pemikiran kelompok persekutuan ini. Bahkan bukti‐bukti menunjukkan
bahwa mereka sesungguhnya percaya akan tiga orang mesias ‐ yang satu
seorang nabi, yang kedua seorang imam dan yang ketiga seorang raja atau
pangeran.
Dalam dokumen yang disebut "Manual Disiplin" atau "Aturan Komunitas",
dijelaskan bahwa orang beriman harus terus hidup mengikuti aturan
"sampai datangnya seorang nabi dan seorang yang diurapi (mesias) dari
garis Harun dan Israel (kolom 9, baris 11). Ketiga tokoh ini akan muncul
untuk menuntun memasuki zaman yang sedang disiapkan oleh komunitas
tersebut.
Dalam dokumen lainnya yang ditemukan di Gua Empat dan dinamakan
"Testimonia", sejumlah ayat Perjanjian Lama dituliskan sebagai basis
pengharapan mesianis mereka. Yang pertama adalah kutipan dari Ulangan
18:18-19 dimana Allah berkata kepada Musa: "seorang nabi akan
Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini."
7
Berikutnya adalah kutipan dari Bilangan 24:15-17, dimana Bilangan
meramalkan munculnya seorang pangeran penguasa: "bintang terbit dari
Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukkan pelipis‐pelipis
Moab" dsb. Yang ketiga adalah berkat yang diucapkan oleh Musa kepada
suku Lewi (suku imam) di Ulangan 33:8-11. Cara bagaimana ketiga kutipan
ini disatukan menandakan bahwa penulisnya melihat kedepan kepada
bangkitnya seorang nabi besar, pangeran besar dan imam besar.
Ada tiga orang di dalam tulisan Perjanjian Lama yang diacu sebagai "orang
yang diurapi" ‐ nabi, imam dan raja (lihatlah Kel. 29:29; 1 Sam. 16:13, 24:6,
1Raj.19:16,Mazmur 105:15). Masing‐masing dikuduskan bagi pekerjaannya
oleh urapan minyak. Kata Ibrani "yang diurapi" adalah meshiach, dan dari
kata itu muncullah kata Mesias.
Kebenaran mengagumkan dari doktrin Perjanjian Baru tentang Mesias
adalah bahwa masing‐masing ketiga jabatan ini digenapi dalam pribadi dan
karya Yesus dari Nazaret! Orang‐orang tercengang ketika Ia memberi
makan orang banyak dan berkata, "Dia ini adalah benar-benar nabi yang
akan datang ke dalam dunia." (Yoh 6:14; juga Yoh 7:40; Kis 3:22, 7:37).
Yesus juga seorang imam, bukan menurut peraturan Lewi tetapi peraturan
Melkisedek (Maz 110:4, Ibr 7), yang memberikan Diri‐Nya sebagai korban
dan berdiri untuk kita di hadapan Bapa‐Nya (Ibr 9:24-26; 10:11-12). Juga,
Yesus disebut sebagai Seseorang yang akan menerima "takhta Daud, bapa
leluhur‐Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai
selama‐lamanya dan Kerajaan‐Nya tidak akan berkesudahan." (Lukas 1:32-
33). Ia akan diakui sebagai "Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan."
(Wahyu 19:16).
Jadi, kita telah menemukan titik kontak yang menarik antara Qumran dan
kekristenan ‐ titik kontak yang juga merupakan titik pemisah. Komunitas
Qumran dan orang‐orang Kristen awal sepakat bahwa pada hari‐hari
penggenapan nubuat Perjanjian Lama akan muncul seorang nabi besar,
imam besar dan raja besar. Namun ketiganya merupakan tokoh yang
berbeda dalam pengharapan Qumran, sedangkan Perjanjian Baru
memandangnya menyatu kedalam pribadi Yesus dari Nazaret.
Satu naskah lagi yang muncul dalam beberapa tahun terakhir ini
memberikan latar belakang yang menarik atas pengharapan mesianis
Perjanjian Baru. Naskah ini telah direkonstruksi dari 12 fragmen kecil,
menghasilkan tidak lebih dari dua kolom tulisan; namun idenya dapat
diketahui dari isinya yang singkat. Isinya adalah ramalan kelahiran seorang
8
Anak Ajaib, yang barangkali diambil dari Yesaya 9:6-7: "Sebab seorang
anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita… dan
namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib." Anak ini akan menunjukkan
tanda‐tanda khusus pada tubuh‐Nya dan akan dikenal melalui
kebijaksanaan dan kepandaiannya. Ia akan mampu mengetahui rahasia
semua makhluk hidup dan Ia akan memulai suatu zaman baru yang sudah
sejak lama dinantikan oleh orang‐orang beriman.
Tidakkah mengejutkan bahwa segera setelah naskah ini disusun, seorang
anak dilahirkan yang menggenapi pengharapan Israel dan memulai suatu
zaman baru? Meskipun orang‐orang Qumran keliru dalam detil‐detil mesias
mereka, namun mereka mengharapkan seseorang yang ciri‐ciri umumnya
diilustrasikan dengan luar biasa dalam hidup Yesus dari Nazaret, Anak
Allah dan Mesias. Kita tidak tahu apakah sejumlah orang Kristen membawa
pesan Yesus kepada komunitas di gurun ini. Kita hanya bisa berspekulasi
bagaimana caranya mereka menanggapi Anak Ajaib yang dilahirkan di
Bethlehem yang adalah Nabi, Imam dan Raja Israel.
Jika informasi ini berguna, pertimbangkanlah dalam doa untuk memberi
sumbangan guna membantu menutupi biaya‐biaya agar menjadikan
pelayanan yang membangun iman ini tersedia bagi Anda dan keluarga
Anda! Sumbangan bersifat tax‐deductible (di Amerika).
TENTANG PENGARANG: Dr. Will Varner adalah Profesor Perjanjian Lama di
The Master's College dan Direktur IBEX, kampus universitas tersebut di
Israel. Sebelumnya ia melayani bersama Friends of Israel Gospel Ministry
dan terus menyumbangkan artikel‐artikel untuk terbitan mereka, Israel My
Glory. Copyrighted The Friends of Israel Gospel Ministry, Inc. Digunakan
dengan izin.
Pengarang:
Will Varner, digunakan seizin Associatesf or Biblical Research Hak Cipta ©
1997, Associates for Biblical Research, Hak Cipta Dilindungi Undang‐
Undang ‐ kecuali sebagaimana dinyatakan pada halaman "Usage and
Copyright" terlampir yang memberi kepada pengguna ChristianAnswers.
Net, hak untuk menggunakan article ini untuk bacaan di rumah, kesaksian
pribadi, di gereja‐gereja maupun sekolah‐sekolah.
9
Penemuan Arkeologi apa yang paling mempengaruhi
Alkitab sepanjang zaman?
"Mungkin Gulungan‐gulungan Laut Mati memberikan pengaruh paling
besar pada kebenaran Alkitab. Gulungan tersebut memberikan manuskrip
Perjanjian Lama yang berusia 1000 tahun lebih tua dari manuskrip tertua
yang kita miliki sebelumnya. Gulungan‐gulungan Laut Mati memperlihatkan
bahwa Perjanjian Lama disalin dengan sangat akurat selama selang waktu
tersebut. Sebagai tambahan, gulungan‐gulungan tersebut juga memberikan
banyak keterangan dan informasi mengenai era menjelang dan selama
kedatangan Yesus Kristus."
Source of Article
--Dr. Bryant Wood, arkeolog, Associates for Biblical Research
fxft/9/2008

gospel of yudas


1/7
ANALISA KRITIS TERHADAP KITAB-KITAB INJIL NON-KANONIK (1):
INJIL YUDAS
Pendalaman Alkitab GKRI Exodus, 27 Maret 2007
Yakub Tri Handoko, Th. M.
Kontroversi seputar Injil Yudas mulai mencuat ke publik melalui pemberitaan National
Geographic pada bulan April 2006, walaupun beberapa sarjana mengaku sebelumnya pernah
melihat atau ditawari naskah kuno tersebut oleh pedagang barang kuno. Pasca pemberitaan
ini, bak bola salju, isu tentang Injil Yudas terus menggelinding memancing reaksi dari
berbagai kalangan. Berbagai seminar mulai diadakan, baik dalam tingkat populer (untuk
jemaat awam) maupun akademis (untuk para teolog).
Bagaimana proses ditemukannya Injil Yudas? Apakah manuskrip itu benar-benar otentik
(kuno)? Bagaimana konsep tentang Yesus dalam Injil Yudas? Apakah pengaruhnya bagi
kekristenan? Bagaimana kita menyikapi isu ini? Pertanyaan-pertanyaan ini akan menjadi
fokus pembahasan kita kali ini.
Penemuan Injil Yudas
Keberadaan Injil Yudas seharusnya tidak menimbulkan kekagetan yang luar biasa bagi orang
Kristen, seolah-olah kitab ini baru diketahui sekarang. Irenaeus, bapa gereja yang hidup pada
abad ke-2 M, dalam bukunya Against Heresies pernah menyebut keberadaan Injil Yudas,
walaupun ia tidak mencatat apa isi kitab kuno itu. Dia hanya menyatakan kalau kitab ini
adalah sesat dan sejarah fiktif (fictitious histories).
Isu modern tentang Injil Yudas berkaitan dengan sebuah penemuan kitab kuno yang di
dalamnya terdapat Injil Yudas di dekat El Minya, Mesir, pada tahun 1970-an oleh seorang
pencari barang kuno Mesir yang sekarang sudah meninggal dunia. Manuskrip Injil Yudas
yang ditemukan ditulis dalam bahasa Mesir Coptic pada awal abad ke-4 M (teks asli dari Injil
Yudas dipercaya ditulis dalam bahasa Yunani pada pertengahan abad ke-2 M). Tahun 1978
orang tersebut menjual kitab kuno ini kepada Hanna, kolektor barang kuno di Kairo. Sekitar
tahun 1980 sebagian besar koleksi Hanna, termasuk kitab kuno yang berisi Injil Yudas itu,
dicuri melalui sebuah upaya perampokan dan dibawa keluar dari Mesir. Setelah berkoordinasi
seorang kolektor barang antik di Genewa, Hanna akhirnya berhasil mendapatkan kitab itu
kembali.
Hanna adalah orang pertama yang menunjukkan kitab kuno ini kepada para ahli dan mereka
mengakui otentisitas dan signifikansi dari barang kuno tersebut. Pada tahun 1983, Stephen
Emmel dan dua orang temannya yang ahli dalam tulisan-tulisan kuno dipanggil untuk
menyaksikan manuskrip ini di sebuah hotel di Genewa, namun ketiganya dilarang untuk
mengambil foto atau catatan. Ketiganya langsung mengenali bahwa manuskrip itu sangat tua
dan penting, tetapi mereka tidak mengetahui bahwa kitab itu berisi Injil Yudas (mungkin
karena mereka hanya diberi waktu 30 menit untuk melihat kitab kuno itu). Pertemuan
tersebut berakhir tanpa adanya transaksi karena harga 3 juta dollar US yang diminta Hanna
dianggap terlalu tinggi. Tahun 1984 Hanna mencoba menjual kitab kuno itu lagi di Amerika.
2/7
Usaha ini kembali gagal dan Hanna akhirnya menyimpan kitab itu di sebuah kotak deposit
keamanan (safe-deposit box) di Hicksville, New York selama 16 tahun.
Akhirnya seorang pedagang barang antik dari kota Zurich yang bernama Frieda Nussberger-
Tchacos membeli kitab kuno tersebut pada bulan April 2000. Ia selanjutnya menyerahkan
barang itu kepada Beinecke Rare Book and Manuscript Library untuk diuji dan bila
memungkinkan sekalian dijual. Seorang ahli papirus dari Universitas Yale yang bernama
Robert Babcock meneliti barang itu dan memastikan bahwa Tchacos memiliki salah satu
salinan/terjemahan Injil Yudas yang selama ini hanya diketahui para sarjana dari pernyataan
bapa gereja Irenaeus. Sekalipun penemuan ini sangat mencengangkan, namun Universitas
Yale tidak mau membeli kitab itu.
Tidak lama kemudian, Tchacos berusaha menjual kepada seorang pedagang barang kuno dari
Amerika bernama Bruce Ferrini. Tchacos diberi sebuah cek kosong. Dari pengalaman ini ia
yakin bahwa Ferrini tidak memiliki cukup uang untuk membeli barang kuno itu. Dengan
bantuan beberapa pedagang barang kuno yang terkenal, Tchacos berhasil mendapatkan
kembali kitab itu dari tangan Ferrini. Setelah dua kali kegagalan dalam usaha menjual kitab
kuno ini dan karena keadaan kitab itu yang makin memburuk, Tchacos pada bulan Februari
2001 menyerahkan kitab ini kepada Maecenas Foundation for Ancient Art di Basel, Swiss,
untuk direstorasi dan diterjemahkan. Organisasi ini selanjutnya bekerja sama dengan National
Geographic Society (Washington) dan Waitt Insttitute for Historical Discoveries (California).
Selanjutnya manuskrip Injil Yudas tersebut dipamerkan kepada publik di National
Geographic Museum, sebelum akhirnya dikirim ke Cairo’s Coptic Museum untuk disimpan
secara permanen.
Isu seputar Injil Yudas semakin menjadi wacana publik melalui pemberitaan National
Geographic maupun terjemahannya ke dalam bahasa Inggris yang diterbitkan pada tahun
2006 (The Gospel of Judas. Edited by Rodolphe Kasser, Marvin Meyer, and Gregor Wurst
with Additional Commentary by Bart D. Ehrman. Washington, D.C.:National Geographic
Society, 2006). Di Indonesia, terjemahan Injil Yudas diterbitkan oleh Penerbit Gramedia pada
tahun 2006 juga.
Otentisitas
Otentisitas berhubungan dengan pertanyaan apakah manuskrip Injil Yudas yang ditemukan
benar-benar berasal dari abad permulaan (kuno). Pertanyaan seperti ini sangat wajar
dikemukakan, karena beberapa penemuan arkheologi yang dulu diklaim berasal dari abad
kuno ternyata hanyalah produk abad-abad yang lebih modern. Beragam jenis pengujian
ternyata memang menunjukkan bahwa manuskrip Injil Yudas yang ditemukan benar-benar
berasal dari abad permulaan.
1. Pengujian radiocarbon (C14) di laboratorium Universitas Arizona di Tucson terhadap
papirus dan kulit pengikat kitab menunjukkan kisaran tahun 220-340 M. Sebagai
informasi, laboratorium ini adalah laboratorium yang sama yang dipakai untuk mengukur
usia Naskah Laut Mati.
2. Analisa forensik terhadap tinta secara ekstensif dan tes gambar multispektral merujuk
pada periode yang sama.
3. Bukti kontekstual – isi, gaya bahasa dan jenis huruf – menunjukkan bahwa manuskrip ini
sejaman dengan berbagai naskah Gnostik kuno yang ditemukan di Nag Hammadi, Mesir.
Semau naskah tersebut kemungkinan besar ditulis pada abad ke-3 dan ke-4 M.
3/7
Dari beragam jenis pengujian di atas, otentisitas manuskrip Injil Yudas yang ditemukan
merupakan hal yang tidak bisa dibantah. Apa yang ditemukan memang berasal dari abad
permulaan. Tingkat kemungkinan adanya seseorang pada abad modern yang menuliskan
manuskrip tersebut adalah sangat kecil: ia harus memiliki papirus dan tinta kuno; ia juga
harus menguasai tata bahasa Coptic yang hanya dikuasai oleh segelintir ahli saja; ia harus
mengikat semua lembaran tersebut dengan kulit kuno.
Walaupun manuskrip Injil Yudas yang ditemukan memang berasal dari abad kuno, namun
hal ini tidak berarti apa yang ditulis adalah benar dan berotoritas. Kita perlu mengetahui
bahwa ada banyak tulisan kuno - sebagian bahkan jauh lebih kuno daripada Injil Yudas -
yang sekarang berhasil ditemukan, tetapi hal itu tidak berarti bahwa semua yang tertulis di
dalamnya adalah benar. Kekunoan suatu tulisan tidak berkaitan dengan ketepatan isi dari
tulisan tersebut. Berbagai pengujian di atas hanya memastikan bahwa manuskrip yang
ditemukan bukanlah hasil rekayasa orang modern dan dengan demikian semakin menguatkan
pendapat para ahli bahwa manuskrip tersebut adalah salah satu terjemahan dari versi asli
bahasa Yunani yang disinggung oleh Irenaeus dalam bukunya Against Heresies.
Rekonstruksi teks
Apakah manuskrip Injil Yudas yang ditemukan dan sekarang diterjemahkan bisa mewakili
naskah asli yang dipercayai ditulis dalam bahasa Yunani? Kita sulit menjawab pertanyaan ini.
Manuskrip Tchacos merupakan satu-satunya manuskrip Injil Yudas yang ditemukan,
sehingga kita tidak bisa membuat perbandingan untuk merekonstruksi teks aslinya. Kita juga
tidak boleh melupakan fakta bahwa manuskrip yang ditemukan hanyalah terjemahan, bukan
salinan. Sebagai sebuah terjemahan, manuskrip tersebut pasti melibatkan unsur interpretasi.
Selain faktor di atas, keadaan manuskrip yang ditemukan juga bisa dikatakan buruk, sehingga
sangat tidak memadai untuk mencapai tahap kepastian apakah manuskrip itu sesuai dengan
naskah aslinya. Pada saat Maecenas Foundation for Ancient Art memanggil Kasser dan ahli
yang lain untuk memeriksan, merestorasi dan menerjemahkan manuskrip tersebut,
keadaannya cukup parah. Pengikat kulit yang menghubungkan lembaran-lembaran papirus
yang ada sudah lepas. Beberapa halaman papirus sudah terpecah-pecah menjadi ratusan
fragmen. Sentuhan sedikit saja akan membuat lembaran papirus hancur menjadi sobekansobekan
kecil. Beberapa halaman mulai menghitam, sehingga kalimat yang ada di dalamnya
sulit untuk dikenali. Susunan halaman dari kitab ini juga tidak sesuai dengan aslinya.
Kemungkinan besar si penjual sangaja meletakkan lembaran-lembaran yang masih bagus di
bagian depan sehingga menarik perhatian calon pembeli. Begitu buruknya kondisi kitab kuno
tersebut, sampai-sampai membuat Rodolphe Kasser, salah seorang ahli yang terlibat dalam
rekonstruksi dan terjemahan Injil Yudas, mengatakan bahwa mereka membutuhkan sebuah
lompatan iman yang ditopang dengan pengharapan untuk merekonstruksi kitab itu. Usaha
rekonstruksi yang dilakukan ahli rekonstruksi Florence Darbre dan ahli bahasa Coptic Gregor
Wurst ini dianggap sangat memuaskan (90-95% berhasil direkonstruksi), walaupun sebagian
baris tetap tidak bisa direkonstruksi karena lubang pada papirus. Selain Injil Yudas, kitab
kuno lain yang ditemukan adalah Apokaliptis Yakobus Pertama (First Apocalypse of James),
Surat Petrus kepada Filipus (A Letter of Peter to Philip) dan fragmen dari sebuah kitab yang
diberi nama Kitab Allogenes (The Book of Allogenes).
4/7
Yesus dalam Injil Yudas: sebuah kontroversi
Injil Yudas tidak berisi banyak narasi seperti yang ditemukan dalam kitab-kitab injil kanonik.
Injil Yudas terfokus pada percakapan rahasia antara Yesus dan Yudas Iskariot seminggu
sebelum peristiwa penyaliban Yesus, walaupun kita juga bisa mengetahui konsep-konsep lain
yang tersirat dalam percakapan rahasia ini, misalnya konsep tentang Allah, penciptaan,
Kristus dan keselamatan. Menurut Injil Yudas, Yudas bukanlah pengkhianat. Sebaliknya, ia
adalah sahabat dan pahlawan bagi Yesus. Dalam sebuah percakapan rahasia, Yesus meminta
tolong kepada Yudas, “engkau akan mengorbankan manusia (daging yang bersifat materi)
yang melingkupi aku”. Ungkapan ini merujuk pada upaya Yesus untuk membebaskan jiwa-
Nya dari tubuh-Nya yang jahat. Dengan menyerahkan Yesus kepada musuh-musuh-Nya,
Yudas justru telah membantu Yesus melaksanakan rencana Allah.
Cerita kontroversial tentang Yesus seperti ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Dari
dulu sampai sekarang Yesus memang selalu menjadi pusat kontroversi. Yang membuat isu
tentang Injil Yudas menjadi semakin populer adalah pandangan para sarjana liberal tentang
apa yang diajarkan dalam Injil Yudas. Menurut mereka, Injil Yudas bukan hanya
memberikan alternatif lain tentang figur Yudas, namun tulisan kuno ini juga “membuktikan”
bahwa pada masa awal gereja, kekristenan belum memiliki keseragaman konsep. Upaya
untuk menyeragamkan teologi kekristenan baru dilakukan setelah kekristenan diterima
sebagai agama resmi negara pada awal abad ke-4 melalui Edict Milan yang dikeluarkan oleh
Kaisar Konstantinopel. Dengan kuasa yang semakin besar, kekristenan ortodoks dianggap
telah menindas dan memusnahkan semua kitab maupun ajaran lain, termasuk Injil Yudas.
Tidak heran, mereka menyebut Injil Yudas sebagai injil yang hilang. Berdasarkan
pemahaman seperti ini, mereka berpendapat bahwa kisah tentang Yesus dalam Alkitab
hanyalah salah satu versi dan tidak bisa mewakili figur Yesus yang sesungguhnya. Dengan
kata lain, Yesus di dalam Alkitab adalah Yesus ciptaan sekte Kristen yang dominan. Semua
ini terangkum dalam pernyataan Kasser sebagai berikut: "kita dapat menganggap ini sebagai
sebuah mujizat nyata bahwa [karya tulis kuni seperti ini – khususnya yang diancam oleh
kebencian pihak mayoritas pembaca pada masa itu yang memandang hal ini sebagai sebuah
aib dan skandal, yang ditentukan untuk dimusnahkan,…tiba-tiba muncul dan dibawa kepada
terang”.
Analisa kritis terhadap Injil Yudas
Bagaimana kita menyikapi isu seputar penemuan Injil Yudas ini? Respon pertama adalah kita
tidak perlu terkejut. Tidak ada yang baru di bawah matahari (Pkh 1:9). Sebagaimana sudah
disinggung secara sekilas, berbagai konsep tentang Yesus yang berbeda dengan Alkitab telah
muncul dari masa ke masa. Bapa gereja Origen (abad ke-3 M) menulis sebuah buku untuk
menentang pandangan Celsus (175 M), seorang pengikut neo-platonisme, yang menuduh
Yesus lahir dari perselingkuhan Maria dengan tentara Romawi serta memiliki kuasa dari ilmu
sihir Mesir. Beberapa tulisan para rabi abad ke-3 sampai ke-6 M juga menyiratkan hal yang
sama. Yang penting bukanlah berapa banyak versi tentang Yesus yang muncul. Yang paling
penting adalah di antara semua versi tersebut manakah yang paling otentik (sesuai dengan
Yesus yang asli)?
5/7
Ujian kredibilitas kitab kuno
Sekarang marilah kita menguji kredibilitas Injil Yudas berdasarkan kriteria yang biasa
dipakai untuk menguji kitab kuno. Ada 3 (tiga) ujian yang harus dilakukan:
(1) Bibliographical test (ujian bibliografi): apakah interval waktu antara peristiwa-penulisanpenyalinan
dekat? Apakah jumlah salinan memadai untuk dipakai sebagai perbandingan
dalam merekonstruksi naskah aslinya?
(2) Interval evidence test (ujian bukti dari dalam): apakah suatu tulisan menunjukkan indikasi
yang kuat bahwa penulisnya serius dengan fakta yang dia ungkap?
(3) External evidence test (ujian bukti dari luar): apakah ada sumber-sumber lain di luar
tulisan tersebut yang meneguhkan apa yang ditulis?
Aplikasi dari tiga kriteria di atas menghasilkan konklusi seperti terlihat dari tabel berikut ini:
Kitab injil kanonik Injil Yudas
Peristiwa dan penulisan dilakukan pada abad
ke-1 M. Kehidupan Yesus antara 6 SM – 28 M,
Perjanjian Baru ditulis antara akhir 40-an
sampai akhir 80-an.
Jarak antara “peristiwa” (jika yang dicatat adalah
benar) dan penulisan lebih dari satu abad.
Salinan tertua ditulis tahun 125 M Salinan tertua ditulis pada abad ke-3 atau ke-4 M.
Jumlah salinan mencapai lebih dari 5000 Jumlah salinan hanya satu
Kitab-kitab injil memiliki rujukan waktu,
tempat dan jabatan tokoh yang jelas, sehingga
menunjukkan keseriusan penulisnya terhadap
fakta (kebenaran catatan tersebut dapat dicek)
Tidak ada rujukan tempat, waktu, dsb. Injil
Yudas didominasi oleh percakapan, itupun
disebut sebagai “percakapan rahasia”
Beberapa ayat tampak sulit dimengerti menurut
perspektif iman ortodoks, misalnya Yesus tidak
tahu kapan Ia akan datang kembali (Mat
24:36//Mar 13:32). Hal ini mengindikasikan
kesetiaan penulis terhadap tradisi yang ada,
walaupun itu sekilas sulit dipahami dalam
kerangka berpikir teologis penulis.
Semua yang ada dalam Injil Yudas menunjukkan
warna Gnostisisme yang kental dan konsisten.
Tidak ada satu bagian pun yang tampak berpihak
pada iman ortodoks.
Arkheologi dan para penulis kafir kuno
menyebutkan beberapa hal yang sama yang
dicatat dalam Perjanjian Baru
Tidak (belum) ada bukti eksternal yang
meneguhkan, karena memang tidak ada rujukan
historis yang diberikan.
Warna Gnostisisme dalam Injil Yudas
Pemikiran Gnostik kemungkinan besar sudah muncul sejak abad ke-1 M, karena secara
esensial pemikiran Gnostik bersumber dari konsep dualisme Hellenis yang sudah umum pada
abad ke-1 M. Hampir semua sarjana umumnya berpendapat bahwa pemikiran Gnostik baru
menjadi sebuah “isme” (paham) pada abad ke-2. Pemikiran ini terus membawa pengaruh
yang cukup besar, baik dalam konteks kekristenan maupun di luarnya.
Apakah yang dimaksud Gnostisisme? Istilah “gnostisisme” berasal dari kata Yunani gnwsis
yang berarti “pengetahuan”. Istilah ini sesuai dengan karakteristik utama Gnostisisme yang
mengagungkan pengetahuan secara mistis dan rahasia dari allah kepada manusia. Dalam
Gnostisisme, seseorang dianggap rohani apabila dia telah berhasil mendapat wahyu yang
khusus dari allah. Ketika ajaran ini bercampur (bersinkretis) dengan kekristenan, tokoh-tokoh
6/7
yang diangkat sebagai penerima wahyu khusus dari Allah adalah para tokoh Alkitab yang
tidak terlalu terkenal, misalnya Yudas Iskariot, Maria Magdalena, Filipus dan Thomas. Hal
ini mungkin sebagai upaya protes dan serangan terhadap kekristenan ortodoks yang
melandaskan wahyu pada sejarah (saksi mata) dan diketahui oleh publik. Ini pula yang
membuat isi yang “diwahyukan” dalam Gnostisisme berbeda dengan ajaran kekristenan
ortodoks.
Ciri khas lain dari ajaran ini adalah dualisme Hellenis yang menganggap materi bersifat jahat,
sebaliknya yang non-material adalah baik. Mereka percaya di dunia ada dua kekuatan yang
saling berjuang untuk mengalahkan satu sama lain, yaitu kekuatan materi (jahat) dan roh
(baik). Allah yang bersifat roh (baik) tidak mungkin menciptakan materi yang jahat. Pencipta
materi adalah Demiurgos, yaitu kekuatan ilahi yang memiliki roh sekaligus materi.
Keselamatan manusia pun dipahami dalam konteks dualisme ini. Keselamatan adalah
keterlepasan dari tubuh (materi).
Dua konsep di atas tercermin dengan jelas dalam beberapa pernyataan Yesus dalam Injil
Yudas.
(1) Injil Yudas diawali dengan pernyataan “Catatan rahasia tentang wahyu yang Yesus
katakan dalam percakapan dengan Yudas Iskariot selama seminggu sebelum ia
merayakan Paskah”.
(2) Allah yang menciptakan dunia ini adalah allah yang berbeda dengan yang disembah
Yesus. Ketika murid-murid Yesus berdoa kepada allah, Yesus justru menertawakan
mereka.
(3) Yesus tidak dilahirkan sebagai manusia. Ia hanya menampakkan diri/muncul di bumi.
(4) Yesus meminta Yudas Iskariot membantu Dia untuk membebaskan diri dari tubuh
(materi) yang jahat.
(5) Tidak ada cerita tentang kebangkitan Yesus secara badani.
(6) Yudas Iskariot disebut “akan melebihi semua murid” dan dianggap sebagai roh ke-13.
Istilah “injil”
Kata “injil” (euangelion) dipakai dalam beragam konteks. Kata ini bisa merujuk pada kabar
baik secara umum, misalnya kabar kemenangan dalam peperangan maupun kelahiran anak
penguasa. Dalam Alkitab kata ini dipakai untuk kabar keselamatan melalui karya Yesus
Kristus. Dalam periode selanjutnya, kata euangelion juga dipakai oleh para bapa gereja untuk
menyebut empat kitab yang menceritakan kehidupan (tindakan dan ucapan) Yesus.
Berdasarkan penggunaan kata euangelion di atas, penyebutan “Injil Yudas” sebenarnya tidak
tepat, baik dari sisi isi maupun jenis tulisan. Dari sisi isi, Injil Yudas mengabaikan beberapa
elemen penting dari injil, yaitu kelahiran (inkarnasi) dan kebangkitan Yesus Kristus. Dari sisi
jenis tulisan, Injil Yudas hanya membahas percakapan rahasia antara Yesus dengan Yudas
Iskariot selama seminggu sebelum Yesus disalibkan.
Penyeragaman teologi Kristen?
Apakah benar Injil Yudas merupakan “injil yang hilang”? Apakah benar bahwa gereja mulai
menyeragamkan teologi setelah mendapatkan kekuasan secara legal dari negara? Benarkah
usaha kanonisasi Alkitab yang hanya menerima 27 kitab Perjanjian Baru merupakan bukti
penindasan yang dilakukan golongan Kristen mayoritas?
7/7
Semua pertanyaan di atas ternyata hanyalah dugaan tanpa dasar dari para sarjana liberal.
Tidak ada bukti historis apapun yang mendukung dugaan itu. Sebaliknya, ada beberapa bukti
kuat yang meruntuhkan dugaan tersebut.
(1) 27 kitab yang diterima dalam kanon semuanya ditulis pada abad ke-1 M dan secara
konsisten dan intensif dikutip oleh bapa-bapa gereja awal dan diakui sebagai firman
Allah, padahal waktu itu kekristenan masih menjadi minoritas dan terus dianiaya.
(2) Bapa-bapa gereja awal sejak dini sudah memiliki sikap yang jelas terhadap berbagai
tulisan yang muncul. Jauh sebelum upaya kanonisasi yang resmi pada abad ke-4 M,
mereka sudah memiliki “patokan” kitab-kitab apa saja yang secara tradisi bersumber dari
ajaran Yesus dan para rasul. Usaha untuk memilah-milah ini didorong oleh beberapa
faktor:
a. Penganiayaan. Waktu itu banyak orang dianiaya karena memiliki kitab-kitab relijius
tertentu. Orang Kristen ingin memastikan bahwa apa yang mereka miliki adalah
firman Tuhan yang benar, sehingga sekalipun mereka harus menderita karena
memiliki kitab-kitab itu, mereka merasa pantas untuk melakukannya.
b. Ajaran sesat. Ajaran sesat selalu menjadi problem bagi gereja sejak awal. Ajaran sesat
ini tidak hanya menyebarkan ajaran secara lisan, tetapi secara tertulis juga.
Banyaknya kitab yang muncul (dan sekaligus saling berkontradiksi) menuntut orang
Kristen untuk mengetahui dengan pasti manakah kitab yang benar-benar firman
Allah.
c. Pembacaan kitab suci dalam ibadah. Orang Kristen mengadopsi liturgi ibadah Yahudi
yang mencakup pembacaan kitab suci secara publik. Tradisi ini mendorong mereka
untuk mengetahui sejak dini kitab-kitab apa saja yang diakui sebagai firman Allah dan
bisa dibaca dalam ibadah.
(3) Dalam daftar kitab-kitab yang diakui oleh bapa-bapa gereja awal (sebelum kekristenan
menjadi kekuatan mayoritas), tidak ada satu kitab “injil” gnostik apapun yang
dimasukkan ke dalamnya. Secara khusus bapa gereja Irenaeus (abad ke-2 M) bahkan
mengelompokkan Injil Yudas sebagai tulisan gnostik yang harus ditolak.
Dari semua penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Injil Yudas bukanlah injil
yang hilang. Injil ini adalah injil yang sudah lama diketahui oleh para pemimpin Kristen abad
ke-2 M. Kitab ini juga sudah ditolak, jauh sebelum kekristenan menjadi kekuatan mayoritas.
Penolakan ini bukan didasarkan pada pertimbangan politik atau keinginan untuk
menyeragamkan ajaran Kristen. Penolakan ini merupakan upaya untuk memurnikan
kekristenan. #

Senin, 16 Januari 2012

Kabupaten Sekadau merupakan Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Sanggau. Secara geografis, KabupatenSekadau terletak di 0 38' 23'' Lintang Utara sampai dengan 0 44' 25'' Lintang Selatan dan 110 33' 07'' Bujur Barat sampai dengan 111 17' 44'' Bujur Timur.

Secara Administratif, batas - batas wilayah Kabupaten Sekadau adalah sebagai berikut :
Utara : Kabupaten Sintang
Selatan : Kabupaten Ketapang
Barat : Kabupaten Sintang
Timur : Kabupaten Sanggau

Kondisi topografi di Kabupaten Sekadau merupakan kondisi alam yang berupa daratan dan perbukitan. Tingkat ketinggian daratan apabila diukur dibawah permukaan laut (dpl) berada pada kisaran 0 meter dpl sampai dengan 1.000 meter dpl.

Luas Wilayah Kabupaten Sekadau yang terbentang dari Kecamatan Nanga Mahap sampai dengan Kecamatan Belitang Hulu seluas 5.444,3 Km2. Kecamatan terbesar luasnya adalah Kecamatan Belitang Hulu dengan luas 1.162,7 Km2 atau sekitar 21,36 persen dari luas Kabupaten Sekadau, sedangkan kecamatan yang terkecil luasnya adalah kecamatan Belitang dengan luas 281 Km2 atau sekitar 5,16 persen dari luas Kabupaten Sekadau.

Dilihat dari jarak tempuh Kecamatan menuju Kabupaten Sekadau, yang memiliki jarak tempuh terjauh adalah Kecamatan Belitang Hulu (Balai Sepuak) dengan jarak tempuh 112,20 km. Sedangkan yang memiliki jarak tempuh terpendek adalah Kecamatan Sekadau Hulu (Rawak) dengan jarak 20,35 km.

Minggu, 15 Januari 2012

TEGANGAN YANG SELALU FATAL



marak nya pengguna pln yang kurang memadai selalu buat panik warga sekadau khususnya para wiraswasta yang bergerak dibidang hiburan, diharapkan daya yang digunakan akan bisa mencukupai, semua gara-gara tarif pln yang melambung tinggi,


diharapkan kedepannya khusus para wira swasta pasokan listriknya bisa memadai

Jumat, 13 Januari 2012

komonitas pb sekadau

dengan maraknya pb , kini disekadau selalu hadir dengan tayangan baru dan tampilan baru, sekadau khususnya selalu datang dgn kenyamanan bermain internetan, tempat yang paling diminati para gamers,pb rental internet dekat terminal lama(theher) penyeberabgan mobil,dan motor,,penggelola admin (BG roni dengan tegasnya menyampaikan selalu rame apa lagi pada malam senin,kamis, dan malam minggu . dengan tatif rental 4000,- perjam nya kecuali paket khusus member dengan tarif 3 jam (10000,-) dan banyak paket seru laen nya..... chek in nya jam 08.00 pagi out nya jam 04.00 pagi berikutnya..
no chiter ....go skill

itu logonya